Jumat, 06 Juli 2012

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJEMEN, KUALITAS AUDIT, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA ( STUDI PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC SEKTOR MANUFAKTUR )



INDRA GUNAWAN SIREGAR
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Tangerang
JANUAR EKY PAMBUDI
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Tangerang

PENDAHULUAN
Setiap periode perusahaan akan melaporkan semua kegiatan usahanya dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan biasanya meliputi neraca,laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan ( seperti laporan arus kas atau laporan arus dana ), laporan dan catatan serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Yang bertujuan untuk memberi gambaran mengenai hasil yang dicapai dalam satu periode waktu yang berlalu dan juga sebagai pertanggungjawaban manajemen.
Akan tetapi banyak hal yang menjadi kelemahan mendasar pada perekonomian di Indonesia terutama ditingkat mikro seringkali melakukan perekayasaan laba yang biasa disebut dengan manajemen laba (earning management). Penelitian ini betujuan untuk menganalisis pengaruh kompensasi bonus, kepemilikan manajemen, kualitas audit, serta ukuran perusahaan terhadap earning management. Earnings management muncul karena adanya agency conflicts, yang muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dengan pengelolaan perusahaan (Sudewi, 2004).  Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini merupakan dampak dari pengggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Halimah (2007) menyatakan manajemen laba terjadi karena asymmetry information antara manajemen dengan pihak lain yang tidak memiliki akses informasi mengenai perusahaan. Oleh karena itu menarik untuk mempelajari tindakan manajemen.
Manajemen laba timbul sebagai dampak dari penggunaan akuntansi sebagai salah satu  alat  komunikasi antara pihak-pihak yang berkepentingan dan kelemahan inheren yang ada pada akuntansi yang menyebabkan adanya judgement ( Setiawati, 2002 ). Healy  dan  Wahlen  (1999),  Fudenberg  dan  Tirole  (1995),  serta  Dechow  dan Skinner  (2000)  menunjukkan  praktik  manajemen  laba  yang  dapat  dilakukan  oleh manajer  yakni  mempercepat  penjualan,  mengubah  skedul  pengiriman  barang, memperlambat  pengeluaran  untuk  riset  dan  pengembangan  serta  pengeluaran  untuk pemeliharaan. 

Saat ini telah banyak penelitian yang memfokuskan pada manajemen laba, karena masih  banyak  pertentangan  apakah  manajemen  laba  ini  dapat  dibenarkan  atau merupakan  manipulasi  terhadap  riil  aktivitas  dari  bisnis.  Menurut  Healy  dan  Wahlen (1999)  manajemen  laba  terjadi  ketika  manajer  menggunakan  pertimbangannya  dalam smenyusun laporan keuangan yang dapat membuat mislead pada pemangku kepentingan mengenai  kondisi  mendasar  yang  ada  dalam  suatu  perusahaan. 
Halima (2007) hasil pengujian terhadap 141 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama kurun waktu tahun 2004-2006 menunjukkan bahwa kompensasi bonus mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Dan penelitian ini sejalan dengan penelitian Kane et al (2005). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gul et al. (2005) ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba. Salah satu indikator tersebut adalah ukuran KAP tempat auditor bekerja. Indikator lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba adalah independensi auditor, yang diproksikan menggunakan lamanya penugasan audit yang digolongkan menjadi 1 tahun, 2 tahun dan 3 tahun.
Pada KAP yang lebih besar diasumsikan audit yang dilaksanakan lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil karena adanya kecenderungan untuk lebih berhati-hati dalam melaksanakan audit, termasuk menjalankan prosedur-prosedur audit yang baku (Siregar dan Utama 2002). Eka Damayanthi (2004) dan Halima Shatila Palestin (2007) menemukan bahwa ukuran perusahaan yang dinyatakan dengan total aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dalam perusahaan.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Teori Keagenan (Agency Theory)
Salno dan Baridwan (2000) dalam Herwanto menyatakan bahawa penjelasan tentang konsep manajemen laba tidak terlepas dari teori keagenan (agency theory). Teori keagenan (agency theory) mengemukakan jika antara pihak principal (pemilik) dan agent (manajer) memiliki kepentingan yang berbeda, muncul konflik yang dinamakan konflik keagenan (agency conflict) (Richardson, 1998 ; DuCharme et al., 2000 dalam Hastuti, 2005). Salah satu kendala yang akan muncul antara agen dan principal adalah adanay asimetri informasi. Asimetri informasi merupakam suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak memiliki oleh pihak luar perusahaan (Rahmawati, dkk, 2006). Asimetri informasi ini mengakibatkan terjadinya moral hazard berupa usaha manajemen (management effort) untuk melakukan earning management.
2.2       Manajemen laba
Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya, yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang (Widjaja, 2004). Manajemen laba menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan yang dilaporkan. Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations (Gumanti, 2000).
Schipper (1989) dalam Sutrisno (2002) yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Setiawati (2002) menyatakan manajemen laba sebagai campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan menguntungkan dirinya sendiri (manajer).
Alasan Dilakukan Manajemen Laba
Menurut Schipper, 1989 dan Healy dan Wahlen, 1999, alasan dilakukan manajemen laba dikarenakan:
1.      Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer.
2.      Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor.
3.      Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalanya terutama pada perusahaan go public pada saat IPO.
2.3       Good Corporate Governance
            Sulistyanto dan Wibisono (2003) mengemukakan bahwa good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik dapat didefinisikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi setiap stakeholders. Ada dua hal yang ditekankan dalam mekanisme ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham atau investor untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya, dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. Adanya sistem good corporate governance diperusahaan diyakini akan membatasi pengelolaan earning management. Karena ini diduga dengan semakin tingginya kualitas audit, semakin tingginya proporsi dewan komisaris independen, dan adanya komite audit maka akan semakin kecil pengelolaan laba yang oportunis (Siregar, dkk, 2005).



Menurut FCGI (2001) pelaksanaan GCG diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu:
1.      Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders
2.      Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.
3.      Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia
4.      Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekalipun akan meningkatkan shareholders value dan deviden.
2.4       Kepemilikan Manajemen
            Kepemilikan manajemen adalah saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya (Susiana dan Herawaty, 2005). Investor institusional dan manajemen memiliki insentif yang kuat untuk mendapatkan informasi pra pengungkapan (predisclosure information) mengenai perusahaan  untuk memenuhi tanggung jawab fidusiarinya serta untuk meningkatkan kinerja portofolio mereka (Darmawati, 2003). Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh positif antara kepemilikan manajemen terhadap manajemen laba
2.5       Kualitas Audit
            Kepastian mengenai relevansi dan keandalan dari laporan keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk membantu pihak eksternal dalam mengambil suatu keputusan bisnis (Mayangsari, 2003). Tujuan dari audit laporan keuangan adalah untuk memberikan kepastian mengenai integritas dari laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen.
            Kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan proksi ukuran KAP. Auditor yang bekerja di KAP Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki program auit yang dianggap lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP non Big Four (Isnanta, 2008). Berdasar uraian diatas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Ada pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba
2.6       Ukuran Perusahaan
            Pengukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Ukuran tersebut seringkali digunakan untuk mengidentifikasi ukuran suatu perusahaan karena semakin besar aktiva yang dimiliki perusahaan, maka semakin besar modal yang ditanam. Semakin besar jumlah penjualan, makan semakin besar pula perputaran uang diperusahaan tersebut, dan semakin besar kapitalisasi pasar maka perusahaan tersebut semakin dikenal oleh masyarakat (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Berdasarkan  uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba
2.8       Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran Penelitian

Kepemilikan Manajemen (X1)
Kualitas Audit (X2)
Ukuran Perusahaan (X3)
Manajemen Laba (Y)
 





















Metode Penelitian
3.1.            Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.      Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajemen (KM), kualitas audit (AUD), dan ukuran perusahaan (SIZE).
2.      Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba (DA).
3.2.            Populasi dan Teknik pengambilan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur terutama di bidang automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan untuk penentuan sampelnya didasarkan pada metode purposive sampling yang mengambil lima perusahaan automotive.
3.3.            Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI. Data sekunder tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumenter. Informasi mengenai data akuntansi, kompensasi bonus, kepemilikan manajemen, kualitas audit, dan ukuran perusahaan diperoleh dari soft copy ICMD.
3.4.            Metode Analisis
3.4.1.      Uji Asumsi Klasik
a.       Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Dalam menguji normalitas, penelitian ini menggunakan uji statistic one sample kolmogorov-smirnov dan analisis grafik normal plot untuk memperkuat pengujian. Model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal (Ghozali, 2005).
b.      Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independent). Untuk  mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam regresi dapat dilihat dari: (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF).
c.       Uji Heteroskedastisitas
Pengujjian ini bertujuan apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melakukan Uji Glejser dan melihat grafik scatterplot antara lain prediksi variabel terkait (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
d.      Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson untuk mendeteksi masalah autokorelasi.

3.4.2.      Pengujian Hipotesis
Penggunaaan discretionary accruals sebagai prorxy manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al. 1995)
TAC = Nit - CFOit

Nilai Total Accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut:
TAit/Ait-1 = β1 (1 / Ait-1) + β2 (  ΔRevt / Ait-1) + β3 (PPEt/ Ait-1) + e
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai Non Discretionary Accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDAt= β1 (1 / Ait-1) + β2 (  ΔRevt  / Ait-1 -  ΔRect   / Ait-1) + β3 (PPEt/ Ait-1)
Selanjutnya Discretinary Accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:
                                   DAit = TAit /Ait-1 - NDAit
            Keterangan :
DAit       = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit     = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
TAit        = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
Nit           = Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t
CFOit      = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
Ait-1        = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
ΔRevt      = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt        = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRect      = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e               = error terms
Model yang diuji dalam penelitian ini bisa dinyatakan dalam persamaan regresi dibawah ini:

DAit = β0 + + β1KMit + β2AUDit + β4SIZEit + €it
DACit     : nilai discretionary accrual yang dihitung menggunakan model Jo pada tahun t
KMit        : persentase kepemilikan saham manajemen terhadap total saham perusahaan pada tahun t
AUDit    : auditor pada tahun t yang diukur dengan dummy, dimana:
1 = termasuk KAP BIG 4
                  0 = tidak termasuk KAP non-Big 4
SIZEit     : size perusahaan pada tahun t
e             : error terms
Analisa regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Pengujian statistik yang dilakukan adalah:
a.       Koefisien Determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel  independen (prediktor) terhadap perubahan variabel dependen. Dari sini akan diketahui seberapa besar variabel dependen akan mampu dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
b.      Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen yang terdapat dalam persamaan regresi secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai variabel dependen. Dalam uji F kesimpulan yang diambil adalah dengan melihat signifikansi (α) dengan ketentuan:
α > 5%  : tidak mampu menolak H0
α < 5%  : Menolak H0
c.       Uji Statistik t
Pengujian ini dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Kesimpulan yang diambil dalam uji t ini adalah dengan melihat signifikansi (α) dengan ketentuan:
α > 5%  : tidak mampu menolak H0
α < 5%  : Menolak H0

HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Analisis Data
4.1.1   Statistik Deskriptif
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Descriptive Statistics

N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
KM
5
.0000000
5.6821000
1.191220000
2.5117360017
AUD
5
.0000000
1.0000000
.800000000
.4472135955
SIZE
5
1.9491000
8.9739000
6.474740000
2.7463465127
DA
5
.0000000
.0000000
-.000000001
.0000000007
Valid N (listwise)
5




         (Sumber: data sekunder diolah, 2012)
            Berdasarkan tabel 4.1. , dapat diketahui bahwa jumlah sampel (N) sebanyak 5, nilai DA (kualitas laba) terkecil adalah 0.0000000 dan nilai DA terbesar (maksimum) sebesar juga sebesar 0.0000000. Rata-rata (mean) DA sebesar -.000000001 dengan standar deviasinya sebesar .0000000007. Nilai minimum untuk variabel KM (kepemilikan manajemen) sebesar .0000000 sementara nilai terbesar dari variabel KM 5.6821000. Rata-rata variabel KM 1.191220000 dengan standar deviasi variabel KM adalah 2.5117360017. Nilai minimum untuk variable AUD (Auditor) sebesar .0000000 sementara nilai  terbesar adalah 1.0000000. Rata-Rata variabel AUD sebesar .800000000 dengan standar deviasi sebesar .4472135955. Nilai minimum dari variabel SIZE (ukuran perusahaan) sebesar 1.9491000 sementara nilai terbesarnya adalah 8.9739000. Rata-rata dari Variabel SIZE adalah 6.474740000 dengan standar deviasinya sebesar 2.7463465127.
4.1.2    Uji Asumsi Klasik
4.1.2.1 Uji Normalitas
a.       Pengujian dengan analisis grafik plot
Dari hasil pengujian dengan menggnakan analisis grafik plot, terlihat bahwa variabel manajemen laba (DA) tidak terdistribusi secara normal, karena titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya menjauh dari garis diagonal.






Grafik 4.1
Hasil Pengujian dengan Analisis Grafik Plot


b.      Pengujian dengan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Dari hasil pengujian One-Sample Kolmogorov-Smirnov, terlihat bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,671 dan memiliki nilai probabilitas sebesar .0000000 berada jauh dibawah α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data residual tidak terdistribusi secara normal, hasil uji Kolmogorov-Smirnov tersebut mendukung pengujian dengan menggunakan grafik plot.
Tabel 4.3
Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N
5
Normal Parametersa,b
Mean
.0000000
Std. Deviation
.00000000
Most Extreme Differences
Absolute
.300
Positive
.300
Negative
-.180
Kolmogorov-Smirnov Z
.671
Asymp. Sig. (2-tailed)
.759
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
                    (Sumber: data sekunder diolah, 2012)
4.1.2.2    Uji Mutlikolinearitas
Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan variabel independen yang mempunyai nilai tolerance kurang dari 10 persen yang berarti terdapat korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95 persen. Dari hasil perhitungan Varian Inflation Factor (VIF) juga terlihat bahwa ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Nilai Tolerance dan VIF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
B
Std. Error
Beta
Tolerance
VIF
1
(Constant)
-1.894E-8
.000

-.638
.639


KM
3.769E-9
.000
13.543
.693
.614
.000
2189.248
AUD
1.957E-8
.000
12.521
.650
.633
.000
2128.484
SIZE
-3.235E-10
.000
-1.271
-1.770
.327
.338
2.957
a. Dependent Variable: DA
(Sumber: data sekunder diolah, 2012)

Dari hasil besaran korelasi antar variabel independen pada tabel 4.5, tidak tampak adanya variabel yang memiliki korelasi cukup tinggi. Semua korelasi antar variabel independen masih dibawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen.


Tabel 4.5
Korelasi Antar Variabel Independen
Coefficient Correlationsa
Model
SIZE
AUD
KM
1
Correlations
SIZE
1.000
-.729
-.737
AUD
-.729
1.000
1.000
KM
-.737
1.000
1.000
Covariances
SIZE
3.340E-20
-4.009E-18
-7.328E-19
AUD
-4.009E-18
9.066E-16
1.637E-16
KM
-7.328E-19
1.637E-16
2.956E-17
a. Dependent Variable: DA
        (Sumber: data sekunder diolah, 2012)

4.1.2.3  Uji Heterokesdastisitas
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot.
Grafik 4.2
Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
(Sumber: data sekunder diolah, 2012)

Berdasarkan grafik scatterplots pada grafik 4.2 terlihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Untuk memperkuat pengujian, dilakukan pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser.
            Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hanya terdapat 2 variabel independen, yaitu komisaris independen dan leverage yang signifikan secara statistic mempengaruhi variabel dependen nilai Abs_Res. Hal ini terlihar dari probabilitas signifikansinya dibawah tingkat kepercayaan 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi mengandung heteroskedastisitas.





                Tabel 4.6
                 Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
B
Std. Error
Beta
Tolerance
VIF
1
(Constant)
6.720E-009
.000

.648
.634


SK
-1.308E-009
.000
-16.593
-.689
.616
.000
2189.248
AUD
-6.855E-009
.000
-15.482
-.652
.632
.000
2128.484
SIZE
7.952E-011
.000
1.103
1.246
.431
.338
2.957
a. Dependent Variable: ABS_RES

4.1.2.4   Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dari pengujian dengan menggunakan Durbin-Watson, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
dimension0
1
.909a
.826
.302
.0000000006
3.292
a. Predictors: (Constant), SIZE, AUD, KM
b. Dependent Variable: DA







                 (Sumber :data sekunder diolah)
Dari tampilan output pada tabel 4.7, didapatkan nilai durbin Watson sebesar 3.292. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai tabel dengan α = 0,05 dengan jumlah sampel (n) sebanyak 5 perusahaan dan jumlah variabel independen (k) sebanyak 3, maka nilai Asymp. Sig. sebesar 0,230 di atas α = 0,05 yang berarti tidak terjadi autokorelasi.
4.1.3    Analisis Regresi
a.     Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian ini terlihat seberapa besar model regresi variabel dependen dijelaskan oleh variabel independen. Dari tabel di atas, besarnya Adjusted R Square sebesar 0,302. Hal ini berarti sebesar 30,2 persen variasi manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi lain dari tiga variabel independen, yaitu kepemilikan manajemen, kualitas audit serta size perusahaan, sedangkan sebesar 69,8 persen diajukan oleh sebab-sebab lain diluar model.

Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
dimension0
1
.909a
.826
.302
.0000000006
3.292
a. Predictors: (Constant), SIZE, AUD, KM
b. Dependent Variable: DA








b.     Uji Statistik F
Pengujian ini akan melihat apakah variabel independen secara bersama-sama (simultan) akan mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat diketahui hasil uji ANOVA atau F test di dapat nilai F hitung sebesar 1,578 dengan probabilitas sebesar 0,516. Karena probabilitas lebih besar dari 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk mempredikasi manajemen laba atau dapat dikatakan bahwa variabel kepemilikan manajemn, kualitas audit dan size perusahaan secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.


Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
.000
3
.000
1.578
.516a
Residual
.000
1
.000


Total
.000
4



a. Predictors: (Constant), SIZE, AUD, KM
b. Dependent Variable: DA
c.     Uji Statistik t
Dari hasil uji statistic t pada tabel dibawah ini variabel kepemilikan manajemen memiliki probabilitas signifikansi sebesar 0,614, variabel kualitas audit memiliki probabilitas sebesar 0,633 dan variabel size perusahaan memiliki probabilitas sebesar 0,327. Dari pengujian tersebut, maka dapat dilihat bahwa semua variabel independen memiliki tingkat signifikansinya di atas 0,05. Ini berarti nilai dari semua variabel independen tidak diterima.

               Tabel 4.8
               Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
B
Std. Error
Beta
Tolerance
VIF
1
(Constant)
-1.894E-8
.000

-.638
.639


KM
3.769E-9
.000
13.543
.693
.614
.000
2189.248
AUD
1.957E-8
.000
12.521
.650
.633
.000
2128.484
SIZE
-3.235E-10
.000
-1.271
-1.770
.327
.338
2.957
a. Dependent Variable: DA
4.1.4    Pengujian Hipotesis
            Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1 : Terdapat pengaruh positif antara kepemilikan manajemen terhadap manajemen laba
Tabel 4.8 menunjukkan koefisien sebesar 3.769E-9 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,614. Karena probabilitas lebih besar dari α = 0,05, dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis 1 yang diajukan. Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajemen tidak berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis 1 bertentangan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Darmawati, 2003) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap manajemen laba.



Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H2 : Ada pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba
Tabel 4.8 menunjukkan koefisien sebesar -3.235E-10 dengan tingkat signifikansi sebesar 0, 633. Karena probabilitas jauh di atas α = 0,05, dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis 2 yang diajukan. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara kualitas audit terhadap manajemen laba.
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba
Tabel 4.8 menunjukkan koefisien sebesar 1.957E-8 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,327. Karena probabilitas lebih besar α = 0,05, dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis 3 yang diajukan. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.

PENUTUP
5.1       Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian selama tahun 2009 pada 5 perusahaan manufaktur dibidang automotive menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen, kualitas audit dan ukuran perusahaan (size) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.
5.2       Keterbatasan dan Saran
Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya adalah:
1.      Sampel dalam penelitian ini masih tergolong sedikit dengan hanya menggunakan 5 perusahaan, sehingga mungkin kurang representative yang pada akhirnya menyebabkan hasil penelitian mempunyai tingkat generaliasasi yang masih jauh dari memuaskan.
Beberapa saran yang digunakan dalam penelitian selanjutnya adalah:
1.      Untuk para peneliti yang berminat mengkaji lebih lanjut pada bidang yang sama dapat memperpanjang periode pengamatan dan menambah sampel penelitian jenis industri lain.
2.      Untuk peneliti selanjutnya dapat memasukkan variabel-variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini yang dapat digunakan untuk menyempurnakan penelitian.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar