INDRA
GUNAWAN SIREGAR
Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Tangerang
JANUAR
EKY PAMBUDI
Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Tangerang
PENDAHULUAN
Setiap
periode perusahaan akan melaporkan semua kegiatan usahanya dalam bentuk laporan
keuangan. Laporan keuangan
biasanya meliputi neraca,laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (
seperti laporan arus kas atau laporan arus dana ), laporan dan catatan serta
materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Yang
bertujuan untuk memberi gambaran mengenai hasil yang dicapai dalam satu periode
waktu yang berlalu dan juga sebagai pertanggungjawaban manajemen.
Akan
tetapi banyak hal yang menjadi kelemahan
mendasar pada perekonomian di Indonesia terutama ditingkat mikro seringkali
melakukan perekayasaan laba yang biasa disebut dengan manajemen laba (earning management). Penelitian
ini betujuan untuk menganalisis
pengaruh kompensasi bonus, kepemilikan
manajemen, kualitas
audit,
serta ukuran perusahaan terhadap earning management. Earnings management muncul karena adanya agency conflicts, yang muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dengan pengelolaan perusahaan (Sudewi, 2004). Manajemen
laba merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini merupakan
dampak dari pengggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Halimah
(2007) menyatakan manajemen laba terjadi karena asymmetry
information antara manajemen dengan pihak lain yang
tidak memiliki akses informasi mengenai perusahaan. Oleh karena itu menarik
untuk mempelajari tindakan manajemen.
Manajemen
laba timbul sebagai dampak dari
penggunaan akuntansi sebagai salah satu
alat komunikasi antara
pihak-pihak yang berkepentingan dan kelemahan inheren yang ada pada akuntansi
yang menyebabkan adanya judgement ( Setiawati, 2002 ). Healy dan Wahlen
(1999), Fudenberg dan
Tirole (1995), serta
Dechow dan Skinner (2000)
menunjukkan praktik manajemen
laba yang dapat
dilakukan oleh manajer yakni
mempercepat penjualan, mengubah
skedul pengiriman barang, memperlambat pengeluaran
untuk riset dan
pengembangan serta pengeluaran
untuk pemeliharaan.
Saat ini telah banyak penelitian yang memfokuskan pada
manajemen laba, karena masih banyak pertentangan
apakah manajemen laba
ini dapat dibenarkan
atau merupakan manipulasi terhadap
riil aktivitas dari bisnis.
Menurut Healy dan
Wahlen (1999) manajemen laba
terjadi ketika manajer
menggunakan pertimbangannya dalam smenyusun laporan keuangan yang dapat membuat mislead
pada pemangku kepentingan mengenai
kondisi mendasar yang
ada dalam suatu
perusahaan.
Halima
(2007) hasil pengujian terhadap 141 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI selama kurun waktu tahun 2004-2006 menunjukkan bahwa kompensasi bonus
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Dan penelitian ini
sejalan dengan penelitian Kane et al (2005). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gul et al. (2005) ada beberapa indikator
yang dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba. Salah satu indikator
tersebut adalah ukuran KAP tempat auditor bekerja. Indikator lain yang dapat
digunakan untuk mendeteksi manajemen laba adalah independensi auditor, yang
diproksikan menggunakan lamanya penugasan audit yang digolongkan menjadi 1
tahun, 2 tahun dan 3 tahun.
Pada KAP yang lebih besar diasumsikan audit yang dilaksanakan
lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil karena adanya
kecenderungan untuk lebih berhati-hati dalam melaksanakan audit, termasuk
menjalankan prosedur-prosedur audit yang baku (Siregar dan Utama 2002).
Eka
Damayanthi (2004) dan Halima Shatila Palestin (2007) menemukan bahwa ukuran
perusahaan yang dinyatakan dengan total aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba dalam perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan (Agency
Theory)
Salno dan Baridwan (2000)
dalam Herwanto menyatakan bahawa penjelasan tentang konsep manajemen laba tidak
terlepas dari teori keagenan (agency
theory). Teori keagenan (agency
theory) mengemukakan jika antara pihak principal
(pemilik) dan agent (manajer)
memiliki kepentingan yang berbeda, muncul konflik yang dinamakan konflik
keagenan (agency conflict)
(Richardson, 1998 ; DuCharme et al., 2000 dalam Hastuti, 2005). Salah satu
kendala yang akan muncul antara agen dan principal
adalah adanay asimetri informasi. Asimetri informasi merupakam suatu keadaan
dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak
memiliki oleh pihak luar perusahaan (Rahmawati, dkk, 2006). Asimetri informasi
ini mengakibatkan terjadinya moral hazard
berupa usaha manajemen (management
effort) untuk melakukan earning
management.
2.2 Manajemen laba
Manajemen laba adalah suatu
tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menaikkan atau menurunkan
laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya, yang tidak
mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk
jangka panjang (Widjaja, 2004). Manajemen laba menjadi menarik untuk diteliti
karena dapat memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan
kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan
munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan
yang dilaporkan. Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk
memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan
dengan pemilihan metode akuntansi (accounting
methods) untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang
diperkenankan menurut accounting
regulations (Gumanti, 2000).
Schipper (1989) dalam
Sutrisno (2002) yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi
dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk
memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi
yang netral dari proses tersebut). Setiawati (2002) menyatakan manajemen laba
sebagai campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal
dengan tujuan menguntungkan dirinya sendiri (manajer).
Alasan
Dilakukan Manajemen Laba
Menurut Schipper, 1989 dan
Healy dan Wahlen, 1999, alasan dilakukan manajemen laba dikarenakan:
1.
Manajemen
laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer.
2.
Manajemen
laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor.
3.
Manajemen
laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalanya terutama pada perusahaan
go public pada saat IPO.
2.3 Good
Corporate Governance
Sulistyanto
dan Wibisono (2003) mengemukakan bahwa good
corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik dapat
didefinisikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk
menciptakan nilai tambah bagi setiap stakeholders.
Ada dua hal yang ditekankan dalam mekanisme ini, pertama, pentingnya hak
pemegang saham atau investor untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat)
dan tepat pada waktunya, dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan
pengungkapan secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi
kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder.
Adanya sistem good corporate
governance diperusahaan diyakini akan membatasi pengelolaan earning management. Karena ini diduga
dengan semakin tingginya kualitas audit, semakin tingginya proporsi dewan
komisaris independen, dan adanya komite audit maka akan semakin kecil
pengelolaan laba yang oportunis (Siregar, dkk, 2005).
Menurut FCGI (2001)
pelaksanaan GCG diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu:
1.
Meningkatkan
kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang baik,
meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan
pelayanan kepada stakeholders
2.
Mempermudah
diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan
corporate value.
3.
Mengembalikan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia
4.
Pemegang
saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekalipun akan
meningkatkan shareholders value dan
deviden.
2.4 Kepemilikan Manajemen
Kepemilikan manajemen adalah saham yang dimiliki oleh
manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan
bersangkutan beserta afiliasinya (Susiana dan Herawaty, 2005). Investor
institusional dan manajemen memiliki insentif yang kuat untuk mendapatkan
informasi pra pengungkapan (predisclosure
information) mengenai perusahaan
untuk memenuhi tanggung jawab fidusiarinya serta untuk meningkatkan
kinerja portofolio mereka (Darmawati, 2003). Berdasarkan penelitian terdahulu,
maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H1 :
Terdapat pengaruh positif antara kepemilikan manajemen terhadap manajemen laba
2.5 Kualitas Audit
Kepastian mengenai relevansi dan keandalan dari
laporan keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk membantu pihak eksternal
dalam mengambil suatu keputusan bisnis (Mayangsari, 2003). Tujuan dari audit
laporan keuangan adalah untuk memberikan kepastian mengenai integritas dari
laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen.
Kualitas
audit dalam penelitian ini diukur dengan proksi ukuran KAP. Auditor yang
bekerja di KAP Big Four dianggap
lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan
dan prosedur serta memiliki program auit yang dianggap lebih akurat dan efektif
dibandingkan dengan auditor dari KAP non
Big Four (Isnanta, 2008). Berdasar uraian diatas, maka diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H2 :
Ada pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba
2.6 Ukuran Perusahaan
Pengukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total
aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Ukuran tersebut seringkali digunakan
untuk mengidentifikasi ukuran suatu perusahaan karena semakin besar aktiva yang
dimiliki perusahaan, maka semakin besar modal yang ditanam. Semakin besar
jumlah penjualan, makan semakin besar pula perputaran uang diperusahaan
tersebut, dan semakin besar kapitalisasi pasar maka perusahaan tersebut semakin
dikenal oleh masyarakat (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan
sebagai berikut:
H3 :
Terdapat pengaruh yang signifikan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba
2.8 Kerangka Pemikiran
Kerangka
Pemikiran Penelitian
Kepemilikan Manajemen (X1)
|
Kualitas Audit (X2)
|
Ukuran Perusahaan (X3)
|
Manajemen Laba (Y)
|
Metode Penelitian
3.1.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan
manajemen (KM),
kualitas audit (AUD),
dan ukuran perusahaan (SIZE).
2.
Variabel
dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen
laba (DA).
3.2.
Populasi dan Teknik pengambilan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur terutama di bidang automotive
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan untuk penentuan
sampelnya didasarkan pada metode purposive
sampling yang mengambil lima perusahaan automotive.
3.3.
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI. Data sekunder tersebut diperoleh
dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumenter. Informasi mengenai data akuntansi, kompensasi
bonus, kepemilikan manajemen, kualitas audit, dan ukuran perusahaan diperoleh dari soft
copy ICMD.
3.4.
Metode Analisis
3.4.1.
Uji Asumsi Klasik
a.
Uji
Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel dependen dan independen mempunyai distribusi
normal ataukah tidak. Dalam menguji normalitas, penelitian ini menggunakan uji
statistic one sample kolmogorov-smirnov dan
analisis grafik normal plot untuk memperkuat pengujian. Model regresi yang baik
memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal (Ghozali, 2005).
b.
Uji
Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independent). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas di dalam regresi dapat dilihat dari: (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF).
c.
Uji
Heteroskedastisitas
Pengujjian ini bertujuan apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Salah satu cara untuk mendeteksi
ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melakukan Uji Glejser dan melihat grafik scatterplot antara lain prediksi variabel
terkait (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
d.
Uji
Autokorelasi
Pengujian ini
bertujuan apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Penelitian
ini menggunakan uji Durbin-Watson untuk mendeteksi masalah autokorelasi.
3.4.2. Pengujian
Hipotesis
Penggunaaan discretionary accruals sebagai prorxy manajemen laba dihitung dengan
menggunakan Modified Jones Model (Dechow
et al. 1995)
TAC = Nit - CFOit
Nilai Total Accrual (TA) yang diestimasi
dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut:
TAit/Ait-1
= β1 (1 / Ait-1) + β2 ( ΔRevt / Ait-1) + β3
(PPEt/ Ait-1) + e
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai Non Discretionary Accruals (NDA) dapat
dihitung dengan rumus :
NDAt=
β1 (1 / Ait-1) + β2 ( ΔRevt
/ Ait-1 - ΔRect / Ait-1) + β3 (PPEt/
Ait-1)
Selanjutnya Discretinary
Accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:
DAit =
TAit /Ait-1 - NDAit
Keterangan :
DAit =
Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada
periode ke t
TAit =
Total akrual perusahaan i pada periode ke t
Nit =
Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi
perusahaan i pada periode ke t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke
t-1
ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada
periode ke t
PPEt =
Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRect =
Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e = error terms
Model yang diuji
dalam penelitian ini bisa dinyatakan dalam persamaan regresi dibawah ini:
DAit = β0 + + β1KMit + β2AUDit
+ β4SIZEit + €it
DACit :
nilai discretionary accrual yang
dihitung menggunakan model Jo pada tahun t
KMit : persentase kepemilikan saham
manajemen terhadap total saham perusahaan pada tahun t
AUDit : auditor pada tahun t yang diukur dengan dummy, dimana:
1 = termasuk KAP BIG 4
0 = tidak termasuk KAP non-Big 4
SIZEit :
size perusahaan pada tahun t
e : error terms
Analisa
regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Pengujian statistik yang dilakukan adalah:
a. Koefisien Determinasi (R2) dilakukan untuk
mengetahui persentase pengaruh variabel
independen (prediktor) terhadap perubahan variabel dependen. Dari sini
akan diketahui seberapa besar variabel dependen akan mampu dijelaskan oleh
variabel independennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di
luar model. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
b.
Uji
Statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel independen yang terdapat dalam persamaan regresi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap nilai variabel dependen. Dalam uji F kesimpulan yang
diambil adalah dengan melihat signifikansi (α) dengan ketentuan:
α > 5% : tidak mampu menolak H0
α < 5% : Menolak H0
c.
Uji
Statistik t
Pengujian ini dilakukan untuk menguji tingkat
signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial. Kesimpulan yang diambil dalam uji t ini adalah dengan
melihat signifikansi (α) dengan ketentuan:
α > 5% : tidak mampu menolak H0
α < 5% : Menolak H0
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
4.1.1 Statistik Deskriptif
Tabel
4.1
Statistik
Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
|
|||||
|
N
|
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
Std. Deviation
|
KM
|
5
|
.0000000
|
5.6821000
|
1.191220000
|
2.5117360017
|
AUD
|
5
|
.0000000
|
1.0000000
|
.800000000
|
.4472135955
|
SIZE
|
5
|
1.9491000
|
8.9739000
|
6.474740000
|
2.7463465127
|
DA
|
5
|
.0000000
|
.0000000
|
-.000000001
|
.0000000007
|
Valid N (listwise)
|
5
|
|
|
|
|
(Sumber: data sekunder diolah, 2012)
Berdasarkan
tabel 4.1. , dapat diketahui bahwa jumlah sampel (N) sebanyak 5, nilai DA
(kualitas laba) terkecil adalah 0.0000000 dan nilai DA terbesar (maksimum) sebesar juga sebesar 0.0000000. Rata-rata (mean) DA sebesar -.000000001 dengan standar deviasinya sebesar .0000000007. Nilai minimum untuk variabel KM
(kepemilikan manajemen) sebesar .0000000
sementara nilai terbesar dari variabel KM 5.6821000.
Rata-rata variabel KM 1.191220000 dengan
standar deviasi variabel KM adalah 2.5117360017.
Nilai minimum untuk variable AUD (Auditor) sebesar .0000000
sementara nilai terbesar adalah 1.0000000. Rata-Rata variabel AUD sebesar .800000000 dengan standar
deviasi sebesar .4472135955. Nilai minimum
dari variabel SIZE (ukuran perusahaan) sebesar 1.9491000 sementara nilai terbesarnya adalah 8.9739000.
Rata-rata dari Variabel SIZE adalah 6.474740000 dengan standar deviasinya sebesar 2.7463465127.
4.1.2 Uji
Asumsi Klasik
4.1.2.1 Uji Normalitas
a.
Pengujian
dengan analisis grafik plot
Dari hasil pengujian dengan menggnakan analisis grafik plot, terlihat
bahwa variabel manajemen laba (DA) tidak terdistribusi secara normal, karena
titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya menjauh dari
garis diagonal.
Grafik 4.1
Hasil Pengujian dengan
Analisis Grafik Plot
b. Pengujian dengan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Dari hasil pengujian One-Sample Kolmogorov-Smirnov, terlihat bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,671 dan
memiliki nilai probabilitas sebesar .0000000 berada jauh dibawah α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
residual tidak terdistribusi secara normal, hasil uji Kolmogorov-Smirnov tersebut mendukung pengujian dengan menggunakan
grafik plot.
Tabel 4.3
Hasil Uji
One-Sample Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
|
||
|
Unstandardized Residual
|
|
N
|
5
|
|
Normal
Parametersa,b
|
Mean
|
.0000000
|
Std.
Deviation
|
.00000000
|
|
Most
Extreme Differences
|
Absolute
|
.300
|
Positive
|
.300
|
|
Negative
|
-.180
|
|
Kolmogorov-Smirnov
Z
|
.671
|
|
Asymp.
Sig. (2-tailed)
|
.759
|
|
a.
Test distribution is Normal.
|
||
b. Calculated from
data.
|
(Sumber: data sekunder
diolah, 2012)
4.1.2.2 Uji
Mutlikolinearitas
Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan variabel
independen yang mempunyai nilai tolerance
kurang dari 10 persen yang berarti terdapat korelasi antar variabel
independen yang nilainya lebih dari 95 persen. Dari hasil perhitungan Varian
Inflation Factor (VIF) juga terlihat bahwa ada variabel independen yang
memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Nilai Tolerance dan VIF
Coefficientsa
|
||||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Collinearity Statistics
|
|||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Tolerance
|
VIF
|
||||
1
|
(Constant)
|
-1.894E-8
|
.000
|
|
-.638
|
.639
|
|
|
KM
|
3.769E-9
|
.000
|
13.543
|
.693
|
.614
|
.000
|
2189.248
|
|
AUD
|
1.957E-8
|
.000
|
12.521
|
.650
|
.633
|
.000
|
2128.484
|
|
SIZE
|
-3.235E-10
|
.000
|
-1.271
|
-1.770
|
.327
|
.338
|
2.957
|
|
a. Dependent
Variable: DA
|
(Sumber: data sekunder diolah, 2012)
Dari hasil besaran korelasi antar variabel independen
pada tabel 4.5, tidak tampak adanya variabel yang memiliki korelasi cukup
tinggi. Semua korelasi antar variabel independen masih dibawah 95%, maka dapat
dikatakan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen.
Tabel 4.5
Korelasi Antar Variabel Independen
Coefficient
Correlationsa
|
|||||
Model
|
SIZE
|
AUD
|
KM
|
||
1
|
Correlations
|
SIZE
|
1.000
|
-.729
|
-.737
|
AUD
|
-.729
|
1.000
|
1.000
|
||
KM
|
-.737
|
1.000
|
1.000
|
||
Covariances
|
SIZE
|
3.340E-20
|
-4.009E-18
|
-7.328E-19
|
|
AUD
|
-4.009E-18
|
9.066E-16
|
1.637E-16
|
||
KM
|
-7.328E-19
|
1.637E-16
|
2.956E-17
|
||
a. Dependent Variable: DA
|
(Sumber: data sekunder
diolah, 2012)
4.1.2.3 Uji Heterokesdastisitas
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot.
Grafik 4.2
Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
(Sumber: data sekunder diolah, 2012)
Berdasarkan
grafik scatterplots pada grafik 4.2
terlihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Untuk memperkuat pengujian, dilakukan
pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser.
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hanya
terdapat 2 variabel independen, yaitu komisaris independen dan leverage yang
signifikan secara statistic mempengaruhi variabel dependen nilai Abs_Res. Hal
ini terlihar dari probabilitas signifikansinya dibawah tingkat kepercayaan
0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi mengandung
heteroskedastisitas.
Tabel 4.6
Uji Glejser
Coefficientsa
|
||||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Collinearity Statistics
|
|||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Tolerance
|
VIF
|
||||
1
|
(Constant)
|
6.720E-009
|
.000
|
|
.648
|
.634
|
|
|
SK
|
-1.308E-009
|
.000
|
-16.593
|
-.689
|
.616
|
.000
|
2189.248
|
|
AUD
|
-6.855E-009
|
.000
|
-15.482
|
-.652
|
.632
|
.000
|
2128.484
|
|
SIZE
|
7.952E-011
|
.000
|
1.103
|
1.246
|
.431
|
.338
|
2.957
|
|
a. Dependent
Variable: ABS_RES
|
4.1.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dari pengujian dengan
menggunakan Durbin-Watson, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
|
||||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
|
dimension0
|
1
|
.909a
|
.826
|
.302
|
.0000000006
|
3.292
|
a. Predictors: (Constant), SIZE, AUD, KM
|
||||||
b. Dependent Variable: DA
|
||||||
(Sumber
:data sekunder diolah)
Dari tampilan output pada tabel 4.7, didapatkan nilai
durbin Watson sebesar 3.292. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan
nilai tabel dengan α = 0,05 dengan jumlah sampel (n) sebanyak 5 perusahaan dan
jumlah variabel independen (k) sebanyak 3, maka nilai Asymp. Sig. sebesar 0,230
di atas α = 0,05 yang berarti tidak terjadi autokorelasi.
4.1.3 Analisis
Regresi
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Pengujian ini terlihat seberapa besar model regresi variabel dependen
dijelaskan oleh variabel independen. Dari tabel di atas, besarnya Adjusted R
Square sebesar 0,302. Hal ini berarti sebesar 30,2 persen variasi manajemen
laba dapat dijelaskan oleh variasi lain dari tiga variabel independen, yaitu
kepemilikan manajemen, kualitas audit serta size
perusahaan, sedangkan sebesar 69,8 persen diajukan oleh sebab-sebab lain diluar
model.
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
|
||||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
|
dimension0
|
1
|
.909a
|
.826
|
.302
|
.0000000006
|
3.292
|
a.
Predictors: (Constant), SIZE, AUD, KM
|
||||||
b. Dependent
Variable: DA
|
||||||
b.
Uji
Statistik F
Pengujian ini akan melihat apakah variabel independen
secara bersama-sama (simultan) akan mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan
tabel dibawah ini dapat diketahui hasil uji ANOVA atau F test di dapat nilai F
hitung sebesar 1,578 dengan probabilitas sebesar 0,516. Karena probabilitas
lebih besar dari 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk
mempredikasi manajemen laba atau dapat dikatakan bahwa variabel kepemilikan
manajemn, kualitas audit dan size
perusahaan secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
.000
|
3
|
.000
|
1.578
|
.516a
|
Residual
|
.000
|
1
|
.000
|
|
|
|
Total
|
.000
|
4
|
|
|
|
|
a.
Predictors: (Constant), SIZE, AUD, KM
|
||||||
b. Dependent
Variable: DA
|
c.
Uji Statistik t
Dari hasil uji statistic t
pada tabel dibawah ini variabel kepemilikan manajemen memiliki probabilitas
signifikansi sebesar 0,614, variabel kualitas audit memiliki probabilitas
sebesar 0,633 dan variabel size perusahaan
memiliki probabilitas sebesar 0,327. Dari pengujian tersebut, maka dapat
dilihat bahwa semua variabel independen memiliki tingkat signifikansinya di
atas 0,05. Ini berarti nilai dari semua variabel independen tidak diterima.
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
|
||||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Collinearity Statistics
|
|||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Tolerance
|
VIF
|
||||
1
|
(Constant)
|
-1.894E-8
|
.000
|
|
-.638
|
.639
|
|
|
KM
|
3.769E-9
|
.000
|
13.543
|
.693
|
.614
|
.000
|
2189.248
|
|
AUD
|
1.957E-8
|
.000
|
12.521
|
.650
|
.633
|
.000
|
2128.484
|
|
SIZE
|
-3.235E-10
|
.000
|
-1.271
|
-1.770
|
.327
|
.338
|
2.957
|
|
a. Dependent
Variable: DA
|
4.1.4 Pengujian Hipotesis
Hipotesis pertama yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1 : Terdapat pengaruh positif antara
kepemilikan manajemen terhadap manajemen laba
Tabel 4.8 menunjukkan koefisien sebesar 3.769E-9 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,614. Karena
probabilitas lebih besar dari α = 0,05, dengan demikian hasil penelitian ini
tidak mendukung hipotesis 1 yang diajukan. Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
manajemen tidak berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil
pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis 1 bertentangan dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Darmawati, 2003) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap manajemen
laba.
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
H2 : Ada pengaruh kualitas audit terhadap
manajemen laba
Tabel 4.8 menunjukkan koefisien sebesar -3.235E-10 dengan tingkat signifikansi sebesar 0, 633. Karena probabilitas jauh di atas α = 0,05, dengan
demikian hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis 2 yang diajukan. Dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara kualitas audit terhadap manajemen
laba.
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan ukuran
perusahaan terhadap manajemen laba
Tabel 4.8 menunjukkan koefisien sebesar 1.957E-8 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,327. Karena probabilitas lebih besar α = 0,05,
dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis 3 yang diajukan.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan
terhadap manajemen laba.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian selama tahun 2009 pada 5
perusahaan manufaktur dibidang automotive menunjukkan bahwa kepemilikan
manajemen, kualitas audit dan ukuran perusahaan (size) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen
laba.
5.2 Keterbatasan dan Saran
Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya
adalah:
1.
Sampel
dalam penelitian ini masih tergolong sedikit dengan hanya menggunakan 5
perusahaan, sehingga mungkin kurang representative yang pada akhirnya
menyebabkan hasil penelitian mempunyai tingkat generaliasasi yang masih jauh
dari memuaskan.
Beberapa saran yang digunakan dalam penelitian selanjutnya
adalah:
1.
Untuk
para peneliti yang berminat mengkaji lebih lanjut pada bidang yang sama dapat
memperpanjang periode pengamatan dan menambah sampel penelitian jenis industri
lain.
2.
Untuk
peneliti selanjutnya dapat memasukkan variabel-variabel yang belum diteliti
dalam penelitian ini yang dapat digunakan untuk menyempurnakan penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar